Dalam berbagai
literature sejarah disebutkan bahwa kehadiran Islam di Jerman dan sebagian
Negara lain di Eropa, karena didorong oleh factor migrasi dari Negara-negara
Islam di Afrika timur, Timur Tengah , Turki , dan Asia. Baik karena alasan
politik maupun untuk mencari pekerjaan.
Migrasi ini berlangsung
dari 1960-an hingga 1970-an, sehingga membuat pertumbuhan penduduk Muslim
meningkat pesat. Berdasarkan sensus 2006, jumlah umat Islam di Jerman telah
mencapai angka 3,3 juta jiwa atau 4% dari populasi penduduk.
Akan tetapi, Islam
sebenarnya sudah menapakkan jejaknya di Jerman jauh sebelum itu. Yaitu pada
masa Kesultanan Ottoman, sekitar abad ke-18, ketika kedua bangsa itu menjalin
hubungan diplomatic , militer ,dan ekonomi.
Sebanyak 12 tentara Ottoman tercatat pernah
bergabung dalam pasukan Kaisar Frederick William I dari Prusia (Jerman) pada
awal abad ke-18. Pada 1745, Frederick II meresmikan penggabungan unit pasukan
Muslim di ketentaraan Prusia dan menamainya ‘Penunggang Muslim’.
Pasukan ini terdiri
dari bangsa Bosnia , Albania , dan Tartar. Pada tahun 1760, Prusia bahkan
menambah unit pasukan Korps Bosnia yang berkekuatan 1.000 tentara. Bersamaan
dengan itu, imigrasi penduduk dari sejumlah Negara Islam di kawasan Balkan juga
terus berlangsung. Jumlah mereka terus bertambah.
Pada tahun 1798, untuk
kali pertama, sebuah pemakaman Muslim dibuka di Ibu kota Berlin. Pemakaman itu
sempat dipindahkan pada tahun 1866, dan masih ada hingga kini. Sampai tahun
1900, terdapat lebih dari 10ribu umat Muslim di Jerman yang kebanyakan dari
Balkan dan Turki.
Ketika Perang Dunia I
berkecamuk, sebanyak 15ribu tawanan Muslim dibawa ke Berlin. Dari sinilah,
masjid pertama di Berlin dibangun yang diperuntukkan bagi para tawanan ini. Namun,
operasional masjid tersebut tak berjalan lama karena pada tahun 1930 masjid
terpaksa ditutup.
Setelah perang usai,
masih ada sebagian kecil komunitas Muslim yang menetap di Berlin. Mereka
terdiri atas para intelektual dan mahasiswa. Untuk kali kedua , sebuah Masjid
didirikan komunitas ini dengan nama Masjid Ahmadiyya di Berlin dan dibuka
secara resmi pada tahun 1924 . Imam pertamanya bernama Maulama Sadr-ud-Din dari
India .
Sejak itu, kehidupan
umat Islam terus berkembang , termasuk ke dalam kegiatan pendidikan dan
organisasi .Islam Colloguium , institusi pendidikan untuk anak-anak , dibentuk
untuk pertama kali tahun tahun 1932. Pada masa itu,terdapat sekitar 3000 muslim
di Jerman dan 300 diantaranya warga asli.
Ketika kejaan Nazi
dipimpin Hitler berlangsung, umat Islam memang tidak dijadikan target utama,
tapi mereka tetap merasakan kecurigaan dan menerima ketidakadilan di tengah
euphoria supremasi ras Aria (kulit putih). Banyak dari kaum Muslim terpaksa
mengungsi ke Negara lain.
Ketika perang selesai
dan dimenangkan oleh sekutu, jumlah umat Islam di Jerman tinggal beberapa ratus
saja. Kebangkitan industry bangsa jerman
membuka lembaran baru. Para pekerja asing diundang untuk mengisi
berbagai posisi pekerjaan di pabrik-pabrik yang telah dibangun.
Era tahun 60-an,
terjadi gelombang migrasi dari Negara-negara Islam. Dalam dua decade,
peningkatan jumlah penduduk beragama Islam tercatat sangat pesat. Angkanya
mencapai tiga juta jiwa lebih, dan didominasi oleh pendatang dari Turki
(sebagian besar mereka dari Anatolia , kawasan tenggara Turki).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar