Syekh Yusuf Al-Makassari ulama Banten pembuka Islam di Afrika Selatan . Perjuangan panjang ulama kelahiran Goa, 3 Juli 1628 ini telah membuat kerepotan penjajah Belanda.Pada Tahun 1670, setelah melanglang buana mencari ilmu di negeri Timur Tengah , Syekh Yusuf menjadi penasehat sepiritual Sultan Banten , Sultan Ageng Tirtayasa . Sekaligus menjadi pejuang melawan penjajah Belanda.
Selain menjadi penasehat sepiritual Sultan , murid - murid Syekh Yusuf datang dari berbagai daerah, termasuk 400 orang asal makasar yang dipimpin oleh Ali Karaeng Bisai. Melihat perannya yang begitu besar , Sultan pun menikahkan putrinya dengan putra Makassar tersebut.
Pengetahuan ilmu keIslamaan yang luas yang dimiliki Syekh Yusuf , menjadikan Banten terkenal dengan pusat pendidikan Islam. Syekh Yusuf tidak hanya mengajarkan ilmu agama , melainkan ilmu beladiri juga ia ajarkan sebagai persiapan untuk berjuang melawan penjajah belanda.
Murid-murid Syekh Yusuf terkenal dengan pendekar-pendekar Banten yang memilki ilmu kanuragan cukup mumpuni , sehingga kebal dari benda tajam. Inilah yang membuat tentara Belanda kebingungan dan kerepotan untuk menaklukkan mereka.
Keberadaan Syekh Yusuf memiliki peran cukup penting dalam penyerbuan tentara Banten ke Batavia . Namun sayang , saat itu Belanda mampu memainkan strategi pecah belah di Banten. Akhirnya , terjadilah perang saudara antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan putranya sendiri , Sultan Haji . Sultan Haji dibantu VOC untuk melawan ayahnya . Pada tahun 1682 , sang ayah mampu dikalahkan dan ia ditahan di Batavia hingga wafat pada 1692.
Sementara itu, Syekh Yusuf dengan tentaranya berjuang bergerilya bersama pangeran Purabaya. Namun perlawanannya tidak berlangsung lama, karena ia bisa ditangkap dan ditaklukan oleh pasukan Belanda.
Akhirnya , pada September 1684, Syekh Yusuf bersama keluarga dan muridnya dibuang ke pulau Ceylon , sekarang bernama Sri Lanka . Praktis sejak dalam pengasingan , Syekh Yusuf tidak lagi menjalani dan memimpin perjuangan fisik. Maka untuk mengisi kekosongan , ia mulai mencurahkan seluruh hidupnya untuk diabdikan dalam penyebaran dan pengembangan agama Islam . Ia pun menulis karya-karya keagamaan dalam bahasa Arab,Melayu dan Bugis.
Selama di pengasingan , Syekh Yusuf bertemu Syekh Ibrahim bin Mi'an, keduanya sering dialog dan berdiskusi keagamaan dan Majelis Taklim. Pembahasan tentang konsep Tasawuf yang diajarkan Syekh Yusuf menarik Mi'an . Lalu Mi'an meminta Syekh Yusuf menulis sebuah kitab tentang tasawuf. Maka lahirlah buku berjudul " Kaifiyatut Tasawwuf ".
Tak hanya menulis kitab-kitab , dalam pengasingan ia juga membentuk jaringan Islam yang luas di kalangan para haji yang singgah di Sri Lanka, di kalangan para penguasa, dan di kalangan raja-raja di Nusantara . Melalui jamaah haji yang Singgah ke Sri Lanka , Syekh Yusuf masih bisa berkomunikasi dengan para pengikutnya di Nusantara . Para kafilah haji inilah yang membawa karya-karya Syekh Yusuf ke Nusantara sehingga dapat dibaca di Indonesia sampai sekarang.
Melihat gelagat Syekh Yusuf seperti itu , Belanda tak tinggal diam . Bagi mereka , ini akan membahayakan jika terus dibiarkan . Karena dengan meningkatnya dakwah Syekh Yusuf maka akan membahayakan stabilitas politik penjajahan Belanda. Untuk itu , VOC memindahkan Syekh Yusuf ke Kaapstad di Afrika Selatan .
Selama ini , Belanda khawatir dampak dari dakwah Syekh Yusuf yang mempengaruhi politik Belanda di Nusantara . Bahkan murid-murid Syekh Yusuf terus mengobarkan perlawanan - perlawanan yang mengancam kekuasaan Belanda di Nusantara.
Di Usia ke-68 tahun , ia diasingkan yang kedua kalinya . Beserta 49 orang pengikutnya , ia tiba di Tanjung harapan tanggal 2 April 1694 dengan menumpang kapal Voetboog. Syekh Yusuf ditempatkan di Zandvliet, desa pertanian di muara Eerste River, tujuannya agar komunikasi dengan orang-orang Indonesia terputus.
Kini, lokasi Cape Town itu dikenal sebagai Macassar. Bersama ke-12 pengikutnya , yang dinamakn imam-imam , Syekh Yusuf memusatkan kegiatan pada menyebarkan agama Islam di kalangan budak belian dan orang buangan politik , juga di kalangan orang-orang Afrika hitam yang telah dibebaskan dan disebut Vryezwarten.
Akhirnya , di Afrika selatan Syekh Yusuf wafat pada 23 Mei 1699 . Dia dimakamkan di Faure, Cape Town. Dalam sebuah kesempata , Nelson Mandela , mantan Presiden Afrika Selatan , menyebut Syekh Yusuf selain pahlawan Nasional Indonesia , juga sebagai ' Salah seorang putra Afrika terbaik'.
Setelah melakukan dialog dengan VOC, jenazah Syekh Yusuf dibawa kembali ke Tanah Air . Jasadnya tiba di Goa pada 5 April 1705 dan dimakamkan kembali di Lakiung pada Selasa 6 April 1705/12 Zulhijah 1116 H.